Rabu, 06 Agustus 2008

wifi depdiknas cibatu

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kurangnya teknologi informasi di dinas pendidikan atau sekolah yang berada di daerah yang jauh dari perkotaan menyebabkan informasi sulit untuk didapat, selain itu pendataan siswa, guru dan inventaris sekolah sulit dilakukan oleh dinas pendidikan setempat. Belum lama ini Departemen Pendidikan pusat menerapkan nomor induk siswa nasional dan nomor induk guru nasional. Dalam program ini, kantor unit pendidikan yang berada di daerah harus mendata seluruh siswa dan guru yang berada di wilayah kerjanya kedalam database yang telah disediakan yang nantinya akan dikirim ke Dinas Pendidikan pusat, selain itu setiap nilai ujian harus didata dan dikirim.

Tentu saja hal ini sangat merepotkan, padahal kebanyakan sekolah sudah memiliki fasilitas komputer, pasti apabila komputer – komputer tersebut dapat saling berkomunikasi pekerjaan ini akan lebih mudah dilakukan. Oleh sebab itu teknologi informasi handal perlu dibangun di Dinas Pendidikan. Hal ini berupaya juga untuk meningkatkan pengetahuan bagi para pelajar yang ada di daerahnya dengan fasilitas internet, salah satu teknologi informasi di bidang jaringan yang murah dan baik untuk kondisinya adalah wireless LAN. Teknologi ini cocok untuk kondisi daerah, karena belum banyaknya pemancar radio seperti halnya di perkotaan , sehingga kemampuan perangkat dapat digunakan secara optimal.

Namun teknologi ini mempunyai batasan tertentu sehingga untuk meningkatkan jangkauan perlu digunakan piranti tambahan berupa booster atau antena. Untuk itu penulis akan membuat sebuah infrastruktur WiFi (wireless fidelity).

Dan hasilnya akan dibuat sebagai karya tulis dengan judul

“MEMBANGUN INFRASTRUKTUR WIFI DI DEPDIKNAS CIBATU”

1.2 Identifikasi dan Batasan Masalah

Dari hal-hal yang diuraikan dalam latar belakang masalah dapat penulis identifikasikan, masalah yang terjadi adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana membuat infrastruktur jaringan WiFi yang sesuai dengan kondisi lingkungan di kantor DEPDIKNAS Cibatu.

Batasan masalah dari perancangan jaringan wireless ini adalah sebagai berikut :

1. Membangun infrastruktur untuk sharing data.

1.3 Maksud dan Tujuan

Maksud dari pembuatan Tugas akhir ini adalah sebagai salah satu syarat untuk kelulusan Diploma III jurusan Teknik Komputer UNIVERSITAS INFORMATIKA DAN BISNIS INDONESIA.

Adapun tujuan dari pembuatan Tugas Akhir ini adalah.

  1. Membangun infrastruktur jaringan wifi di DEPDIKNAS Cibatu.

1.4 Kegunaan

Dengan dibuatnya Tugas Akhir ini diharapkan dapat berguna untuk :

1. Penulis

  1. Dapat menjadi pembekalan yang berguna khususnya dalam pembuatan infrastruktur jaringan menggunakan wireless.
  2. Dapat mengetahui cara kerja gelombang radio pada frekuensi 2,4Ghz.
  3. Dapat mengetahui proses instalasi access point untuk penggunaan hotspot.
  4. Menjadi sarana untuk berinovasi dalam pembuatan antena wireless.

2. Pembaca

a. Sebagai bahan referensi dalam pembuatan infrastruktur jaringan menggunakan gelombang radio.

b. Sebagai sarana ilmu pengetahuan dalam proses perkuliahan.

c. Menjadi bahan acuan untuk membuat inovasi yang lebih baik dalam pembuatan antena.

d. Sebagai sumbangan pengetahuan untuk terus mengembangkan teknologi informasi di daerah-daerah dan instansi pendidikan.

1.5 Metode Pendekatan

Metode pendekatan yang digunakan pada saat Tugas Akhir dikerjakan adalah analisis deskriptif dengan teknik sebagai berikut :

1. Browsing

Mencari informasi yang berhubungan dengan cara membuat infrastruktur wireless LAN dengan menggunakan fasilitas internet.

2. Study tour

Mempelajari tentang cara membangun infrastruktur wireless LAN kepada ahli-ahli yang telah berpengalaman.

3. Research

Mengadakan penelitian tentang cara kerja gelombang radio dan membuat prototype antena yang baik.

4. Library

Mencari data dengan cara mempelajari beberapa buku tentang cara instalasi access point.

1.6 Sistematika Penulisan

Laporan ini disusun dalam bentuk yang terstruktur dan sistematik sehingga dapat memudahkan bagi para pembaca dalam mempelajarinya.

Sistematika penyusunan laporan adalah sebagai berikut :

BAB 1 PENDAHULUAN

Pada bab ini berisi tentang penjelasan umum dari permasalahan-permasalahan yang akan dibahas, yang meliputi latar belakang masalah, identifikasi dan batasan masalah, maksud dan tujuan, kegunaan, metode pendekatan dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini menerangkan secara umum tentang teori-teori gelombang radio, antena apa saja yang digunakan pada frekuensi 2,4Ghz serta komponen lain yang digunakan dalam membangun jaringan wireless.

BAB III INSTALASI AKSES POINT DAN PERANCANGAN

ANTENA

Pada bab ini menerangkan secara detail bagaimana cara penggunaan akses point dan cara merancang antena WiFi serta komponen-komponen yang digunakan.

BAB IV IMPLEMENTASI JARINGAN

Pada bab ini menjelaskan tentang cara menggunakan dan kegunaan jaringan wireless, dan bagaimana cara pengamanan jaringan wireless.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran dari kegiatan yang telah dilaksanakan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Jaringan Komputer

Menurut Tanennbaum, jaringan komputer adalah “an interconected collection of autonomous computer ( suatu kumpulan interkoneksi dari komputer – komputer yang otonom)” (1981). Dua komputer dapat dikatakan saling terkoneksi dalam sebuah jaringan jika keduanya mempunyai kemampuan untuk saling berkomunikasi dan bertukar informasi. Media komunikasi tidak hanya melalui kabel, akan tetapi juga menggunakan gelombang mikro, serat optik, hingga ke model wireless.

Jaringan komputer pertama adalah jaringan berdasarkan bagi pakai waktu atau time-sharing network menggunakan sebuah komputer pusat (Mainframe) serta beberapa terminal yang dihubungkan ke mainframe tersebut. Penerapan lingkungan jaringan seperti ini telah dilakukan oleh IBM dengan System Network Architecture (SNA) serta Digital’s Network Architecture.

Perkembangan komputer sekanjutnya mengikuti revolusi yang terjadi pada perkembangan PC. Produksi masal Personal Computer menjadikan kepemilikan perangkat ini menjadi sangat mudah dan murah. Local Area Network (LAN) berkembang mengiringi revolusi perkembangan PC. Kemampuan LAN sangat meningkat dalam melakukan pertukaran file dan pesan antar komputer dalam area geografis yang relatif kecil. Komputer lain dapat melakukan bagi-pakai (sharing) resource serta bertindak sebagai penyedia atau server file.

Standart IEEE 802.11 mendefinisikan protokol dalam dua tipe jaringan, yaitu jaringan Ad Hoc dan Client/Server. Jaringan Ad Hoc merupakan jaringan sederhana di mana komunikasi terjadi di antara dua perangkat atau lebih pada cakupan area tertentu tanpa memerlukan sebuah access point atau server. Standarisasi ini semacam etiket pada setiap perangkat jaringan dalam melakukan akses media wireless.

2.2 Teori Cara Kerja Radio

Sebelum membangun jaringan wireless ada baiknya kita mengenal terlebih dahulu prinsip kerja komunikasi radio seperti frekuensi, gain, pola radiasi, panjang gelombang, redaman dan sebagainya.

2.2.1 Frekuensi

Frekuensi digunakan untuk membedakan antara dua sinyal atau lebih dengan panjang gelombang tertentu sehingga dapat membagi satu sinyal dengan sinyal yang lain sesuai kegunaannya. Frekuensi mempunyai unit satuan, yaitu Hertz (Hz) satu Hertz adalah frekuensi sebuah arus bolak – balik menyelesaikan satu siklus dalam satu detik.

2.2.2 Gain (penguatan)

Dalam jaringan wireless, gain adalah nilai penguatan dari sinyal RF (radio frekuensi) untuk mengirimkan atau menerima gelombang elektromagnetik. Gain antena menunjukan tingkatan kekuatan sinyal secara efektif yang diukur dalam decibel (dB). Berikut ini adalah rumusan dalam menghitung gain yang dibuat oleh Onno W Purbo dalam workshop “nDeso”.

dB (decibel) adalah satuan faktor penguatan jika nilainya positif dan pelemahan jika nilainya negatif.

Jika input 1 Watt dan output 100 Watt, maka terjadi penguatan 100 kali.

Jika input 100 Watt dan output 50 Watt, maka terjadi pelemahan setengah daya.

Jika dinyatakan dalam dB :

G = 10 log 100/1 = 20 dB

In <>

G = 10 log 50/100 = -3 dB == maka disebut redaman / loss 3 dB

dBW dan dBm adalah satuan level daya

dBW satuan level daya dengan referensi daya 1 watt

P(dBW) = 10 Log P(watt)/1 watt

dBm satuan level daya dengan referensi daya 1 mW = 10-3 watt

P (dBm) = 10 Log P(watt)/ 10-3 watt

Contoh :

1. 10 watt = ……. dBW

2. 100 watt = …… dBW

3. 1000 watt = ……. dBW

Jawab :

1. P (dBW) = 10 Log 10 watt/1 watt = 10 Log 10 = 10 dBW

2. P (dBW) = 10 Log 100 watt/1 watt = 10 Log 100 = 20 dBW

3. P (dBW) = 10 Log 1000 watt /1 watt = 10 Log 1000 = 30 dBW

Contoh :

1. 10 Watt = ……. dBm

2. 100 Watt = ……. dBm

3. 1000 Watt = ……. dBm

Jawab :

1. P(dBm) = 10 Log 10/10-3 = 10 Log 104 = 10*4 = 40 dBm

2. P(dBm) = 10 Log 100/10-3 = 10 Log 105= 10*5 = 50 dBm

3. P(dBm) = 10 Log 1000/10-3 = 10 Log 106 = 10*6 = 60 dBm

Kesimpulan :

10 Watt = 10 dBW = 40 dBm

100 Watt = 20 dBW = 50 dBm

1000 Watt = 30 dBW = 60 dBm

Terlihat bahwa dari dBw ke dBm terdapat selisih 30 dB sehingga dapat

dirumuskan :

P (dBm) = P (dBW) + 30 atau,

P (dBW) = P (dBm) - 30

2.2.3 Pola Radiasi

Pola radiasi adalah bentuk radiasi sinyal RF (radio frekuensi), bagaimana suatu gelombang radio merambat pada antena. Pada umumnya pola radiasi yang dipancarkan ini berbentuk isotropic, artinya antena akan memancarkan gelombang radio yang sama ke segala arah. Namun ada juga pola radiasi yang mengarah hanya ke arah tertentu dengan pola yang 1800 seperti pada gambar antena biquad.

Gambar 2.1 Pola Radiasi Antena Biquad Dalam Bentuk 3D

2.2.4 Panjang Gelombang

Panjang gelombang adalah jarak suatu frekuensi dalam menempuh jarak satu gelombang, panjang gelombang biasanya dihitung dalam meter, centimeter, atau milimeter. Semakin tinggi frekuensi suatu gelombang radio maka jarak satu gelombang radio akan semakin pendek. Pada frekuensi 2,4 GHz panjang satu gelombang yang ditempuh adalah 12,20 cm sampai 12,30 cm atau disebut 1 λ.

2.2.5 Redaman

Redaman atau berkurangnya daya yang diberikan pada saat pengiriman atau penerimaan, redaman ini bisa di akibatkan oleh berbagai macam hal seperti, kabel, konektor, tembok, udara, pohon dan lain – lain yang dapat menyebabkan turunya kemampuan. Redaman ruang bebas dapat dihitung dengan rumus berikut.

L f (dB) = 36,6 + 20.log d(Mil) + 20.log f (MHz)

Lf Redaman propagasi ruang bebas

d Jarak pemancar-penerima

f Frekuensi gelombang radio.

2.3 Teori Media Jaringan Wireless

sebelum membangun jaringan wireless perlu kita ketahui terlebih dahulu peralatan – peralatan apa saja yang akan digunakan dalam membangun sebuah jaringan wireless.

2.3.1 Access Point

Access point digunakan sebagai pengatur lalu lintas dari jaringan wireless ke jarigan kabel atau dari backbone jaringan wireless ke client/server. Pengaturan ini digunakan untuk melakukan kordinasi dari semua node jaringan dalam mempergunakan layanan dasar jaringan serta memastikan penanganan lalu lintas data dapat berjalan dengan baik. Acces point akan merutekan aliran data antara pusat jaringan dengan node – node. Jaringan yang menggunkan access point sering disebut multipoint RF network.

Gambar 2.2 Jaringan Multipoint RF

2.3.2 Rumusan Antena

Antena merupakan media yang sangat vital dalam memaksimalkan coverage radio frekuensi. Antena merupakan pasangan dari energi gelombang RF yang merambat melalui media udara. Energi elektromagnetik akan bergerak dari satu tempat ke tempat lain dalam satu jalan, yaitu energi mengalir melalui konduktor, kemudian melalui udara dalam bentuk gelombang radio. Pada sistem wireless, energi elektronis akan mulai mengalir pada konduktor, kemudian merambat di udara lalu mengalir ke konduktor kembali. Dalam membangun jaringan wireless ini penulis akan menggunakan antena sektorial dengan polarisasi 1800, karena cakupan area yang dibutuhkan di DEPDIKNAS adalah 1800, antena ini biasa disebut antena biquad. Antena ini dapat memberikan penguatan sebesar 10 – 14 dB. Berikut ini adalah rumusan antena biquad yang dibuat dengan menggunakan software simulasi antena atau yang disebut Numerical Electromagnetic Configuration (NEC).

Gambar 2.3 Bentuk Geometri Antena Biquad

Gambar 2.4 Data wire/segment pada antena Biquad

Gambar 2.5 Data Simulasi Pada Antena biquad

Gambar 2.6 Bentuk Polarisasi Pada Antena biquad

Selain dari NEC, ada juga antena biquad yang dibuat oleh komunitas wireless Nederland. Bentuk dari antena tidak jauh berbeda, yang berbeda hanya cara penyolderan wire/segment ke kabel coax. Berikut adalah desain dari antena biquad dari wireless Nederland. Bisa dirumuskan sebagai berikut.

P reflektor = 1 λ wire/segment = 0,25 λ

L reflektor = 0,89 λ fokus = 0,13 λ

Keterangan :

P = panjang reflektor

L = lebar reflektor

1 λ = 12,28 cm

Gambar 2.7 Geometri Antena Biquad Wireless Nederland Tampak Atas

Gambar 2.8 Geometri Antena Biquad Wireless Nederland Tampak Samping

Gambar 2.9 Bentuk Polarisasi Vertikal Dari Antena biquad.

Untuk menghitung ketinggian antena agar kita mendapat gain yang optimal, kita dapat menghitung dengan menggunakan rumus FZC oleh Freshnel. Kondisi ini secara teori (oleh Freshnel) digambarkan sebagai bola football antara dua lokasi yang saling berhubungan, seperti tampak pada gambar.

Gambar 2.10 Simulasi Fresnel Zones

Untuk mengetahui berapa ketinggian minimal yang perlu di sediakan agar antenna dapat bekerja dengan baik, sebaiknya dihitung Freshnel Zone Clearence (FZC) yang diperlukan. Tampak pada gambar yang lain, bola rugbi Freshnel diperlihatkan beserta rumus untuk menghitung ketinggian yang diperlukan.


Gambar 2.11 Simulasi Rumusan FZC

Untuk memperoleh Line of Sight yang baik, minimal sekali 60% dari Freshnel Zone yang pertama di tambah tiga 3 meter harus bebas dari berbagai hambatan / rintangan. Sebagai gambaran, clearence yang dibutuhkan untuk beberapa jarak antara pemancar dan penerima dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.1 Jarak Clearence

Jarak (km)

Clearence Minimal (m)

1

3.0

3

3.4

4

3.6

5

3.7

6

4.0

7

4.3

Clearence ini menentukan tinggi antenna minimal yang perlu di siapkan agar sinyal dapat di terima dengan baik di penerima. Untuk memperoleh sinyal yang baik, ketinggian tower biasanya lebih tinggi dari pada clearence di atas. Untuk jarak sekitar 4 km dibutuhkan tower dengan ketinggian 10 meter-an. Hal ini diperlihatkan oleh software bawaan waverider (http://www.waverider.com).

Selain dengan menggunakan cara diatas kita dapat menggunakan rumus berikut untuk menentukan jarak dari antena dan berapa ketinggian yang dibutuhkan untuk mendapatkan gain yang tepat.

Gambar 2.12 Simulasi Radiasi dan Pengukuran Jarak Antena

Pada contoh diatas kita dapat menentukan posisi antena berdasarkan pola radiasi yang dipancarkan.

Namun pada kenyataanya rumus ini kurang begitu membantu karena bentuk topologi bumi dan gangguan – gangguan lain. Untuk lebih jelasnya kita dapat menggunakan fasilitas ini di http://www.ydi.com/calculation/fresnel-zone.php atau di http://www.waverider.com .

2.4 Jaringan Wireless

Jaringan wireless adalah suatu jaringan komunikasi data antar komputer menggunakan gelombang elektromagnetik atau gelombang RF. Dalam hal pengaturan komputer pada jaringan wireless tidak jauh berbeda dengan jaringan wired. Namun ada beberapa hal yang membedakan antara jaringan wireless dengan jaringan wired diantaranya pita frekuensi radio dan infrastruktur fisik jaringan wireless. Frekuensi merupakan sumberdaya yang harus diatur penggunaannya, pada masa sekarang pita frekuensi yang biasa digunakan oleh jaringan komputer adalah 2,4 Ghz karena pada frekuensi tersebut telah dibebaskan oleh pemerintah. Hal ini diatur dalam peraturan pemerintah sebagai berikut.

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI

NOMOR : /DIRJEN/2000

TENTANG

PENGGUNAAN BERSAMA (SHARING) PITA FREKUENSI 2400 – 2483.5 MHZ ANTARA WIRELESS LAN-AKSES INTERNET BAGI PENGGUNAAN DI LUAR GEDUNG (OUTDOOR) DAN MICROWAVE LINK

DIREKTUR JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI

Menimbang: a. bahwa dalam rangka mempercepat penyebaran informasi serta memperkaya pilihan saluran informasi kepada masyarakat, dirasakan perlu untuk menambah akses dengan menggunakan Wireless LAN-Akses Internet pada pita frekuensi 2400 – 2483.5 MHz di Indonesia;

b. bahwa kemajuan teknologi komunikasi Wireless LAN-Akses Internet untuk penerapan di luar gedung (outdoor) telah memungkinkan penggunaan pita 2.4 GHz;

c. bahwa di Indonesia, pita frekuensi 2400 – 2483.5 MHz untuk dinas tetap digunakan untuk microwave link baik yang telah beroperasi (eksisting) maupun yang akan beroperasi kemudian.

d. Bahwa sehubungan dengan hal-hal tersebut di atas dipandang perlu ditetapkan Keputusan Direktur Jenderal Pos dan Telekomunikasi tentang Penggunaan Bersama (Sharing) Pita Frekuensi 2400-2483.5 MHz Untuk Wireless LAN-Akses Internet Bagi Penggunaan di Luar Gedung (Outdoor) dan Microwave Link

Mengingat: 1. Undang-undang No. 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3881);

2. Peraturan Pemerintah No. 53 Tahun 2000 tentang Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio Dan Orbit Satelit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3981);

3. Keputusan Menteri Pariwisata Pos dan Telekomunikasi No. KM.103/PT.102/MPPT-96 tentang Tabel Alokasi Spektrum Frekuensi Radio Indonesia.

Memperhatikan:1. Meningkatnya penggunaan frekuensi untuk keperluan penyelenggaraan jasa Wireless LAN dan akses Internet Outdoor pada pita frekuensi 2400 – 2583.5 MHz yang dikategorikan dalam dinas tetap;

2. Adanya pengguna eksisting dinas tetap microwave link yang telah beroperasi dan yang akan beroperasi pada pita 2400 – 2483.5 MHz;

3. Hasil Uji Coba Lapangan terhadap sistem radio wirelessLAN pada pita 2.4 GHz, tanggal 16 Oktober sampai dengan 11 Nopember 2000 di Jakarta (Surat Perintah Tugas Kepala Direktorat Bina Spektrum Frekuensi Radio Dan Orbit Satelit No.513/TU/DITBINFREK/X/2000), serta hasil diskusi-diskusi teknis yang telah dilakukan.

MEMUTUSKAN

Menetapkan: KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI TENTANG PENGGUNAAN BERSAMA (SHARING) PITA FREKUENSI 2400 – 2483.5 MHZ ANTARA WIRELESS LAN-AKSES INTERNET BAGI PENGGUNAAN DI LUAR GEDUNG (OUTDOOR) DAN MICROWAVE LINK

PERTAMA: Penggunaan bersama (sharing) alokasi pita frekuensi dinas tetap antara Wireless LAN-Akses Internet Outdoor dan Microwave link pada pita frekuensi 2400 – 2483.5 MHz dengan ketentuan teknis sebagai berikut :

1. Dinas tetap Wireless LAN-Akses Internet Outdoor menggunakan teknologi Spread Spectrum, baik teknologi Direct Sequence Spread Spectrum (DSSS) maupun Frequency Hopping Spread Spectrum (FHSS);

2. Pemisahan penggunaan pita frekuensi untuk teknologi DSSS dan FHSS :

a. Teknologi DSSS menggunakan pita frekuensi 2402 – 2448 MHz dengan frekuensi pembawa 2412 MHz, 2417 MHz, 2422 MHz, 2427 MHz, 2432 MHz dan 2437 MHz, dimana lebar pita maksimum masing-masing frekuensi pembawa sebesar 22 MHz.

b. Teknologi FHSS menggunakan pita frekuensi 2452 MHz sampai dengan 2482 MHz.

3. EIRP (Effective Isotropically Radiated Power) maksimum yang diperbolehkan bagi Dinas tetap Wireless LAN-Akses Internet Outdoor untuk layanan dari satu Titik ke banyak Titik (Point to Multi Point) adalah sebesar 1 watt (30 dbmW) sedangkan untuk layanan Titik ke Titik (Point to Point) adalah sebesar 4 watt (36.02 dbmW);

4. Dinas tetap Wireless LAN-Akses Internet Outdoor berstatus SEKUNDER sedangkan dinas tetap Microwave Link berstatus PRIMER. Yang berarti dinas tetap Wireless LAN-Akses Internet Outdoor dalam operasinya tidak diperbolehkan mengganggu operasi dari dinas tetap microwave link baik yang eksisting maupun yang akan beroperasi;

5. Untuk masing-masing operator dinas tetap Wireless LAN-Akses Internet berlaku ketentuan First Come First Served, yang berarti bagi stasiun radio yang lebih dahulu memperoleh izin frekuensi akan mendapat prioritas pelayanan.

KEDUA: Ketentuan status SEKUNDER bagi Wireless LAN-Akses Internet Outdoor adalah sebagai berikut :

1. Dalam hal operator dinas tetap Wireless LAN-Akses Internet Outdoor akan membangun stasiun pemancarnya di lokasi yang telah ada stasiun pemancar dinas tetap microwave link maka berlaku ketentuan-ketentuan sebagai berikut :

a. Operator dinas tetap Wireless LAN-Akses Internet Outdoor wajib melakukan koordinasi dengan operator tetap microwave link untuk menentukan lokasi mana yang tidak mengganggu.

b. Pengecekan parameter teknis mengacu pada ketentuan teknis dalam Lampiran Surat Keputusan ini, untuk menentukan apakah lokasi tersebut mengganggu atau tidak mengganggu operasi dari stasiun dinas tetap microwave link;

c. Khusus untuk Wireless LAN-Akses Internet Outdoor teknologi DSSS bila hasil pengecekan secara teknis ternyata tetap mengganggu operasi stasiun dinas tetap microwave link maka operator dinas tetap Wireless LAN-Akses Internet Outdoor harus pindah ke frekuensi lain yang masih dalam batasan frekuensi-frekuensi pembawa sebagaimana tersebut dalam diktum PERTAMA butir kedua, dan atau memindahkan lokasi stasiunnya sedemikian rupa guna menghindari gangguan tersebut;

d. Untuk Wireless LAN-Akses Internet Outdoor teknologi FHSS bila hasil pengecekan secara teknis tersebut ternyata tetap mengganggu operasi dari stasiun dinas tetap microwave link maka operator dinas tetap Wireless LAN-Akses Internet Outdoor harus memindahkan stasiunnya ke lokasi lain sedemikian rupa guna menghindari gangguan tersebut;

e. Apabila langkah-langkah tersebut di atas masih tetap menyebabkan gangguan operasi kepada stasiun dinas tetap microwave link maka stasiun dinas tetap Wireless LAN-Akses Internet Outdoor pada lokasi tersebut tidak diizinkan untuk beroperasi.

2. Apabila operator dinas tetap microwave link akan membangun stasiun radio di lokasi yang telah terdapat stasiun radio dinas tetap Wireless LAN-Akses Internet Outdoor, maka berlaku ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

a. Stasiun radio dinas tetap microwave link dapat ditetapkan pada lokasi tersebut melalui suatu analisa teknis;

b. Bila menyebabkan gangguan terhadap stasiun radio microwave link dan atau stasiun dinas tetap Wireless LAN-Akses Internet Outdoor, maka bagi stasiun radio dinas tetap Wireless LAN-Akses Internet Outdoor dengan teknologi DSSS dapat ditetapkan frekuensi pengganti lain yang masih dalam batasan frekuensi-frekuensi pembawa sebagaimana tersebut dalam diktum PERTAMA butir kedua;

c. Bila ternyata masih tetap menyebabkan gangguan operasi kepada stasiun dinas tetap microwave link, maka operator dinas tetap Wireless LAN-Akses Internet Outdoor harus menghentikan pengoperasian stasiunnya di lokasi tersebut sesegera mungkin.

3. Segala biaya yang timbul akibat koordinasi ini ditanggung oleh operator dinas tetap Wireless LAN-Akses Internet Outdoor.

KETIGA: Ketentuan First Come First Served antar operator dinas tetap Wireless LAN-Akses Internet Outdoor adalah sebagai berikut :

1. Stasiun dinas tetap Wireless LAN-Akses Internet Outdoor yang lebih dahulu beroperasi di suatu lokasi akan mendapatkan prioritas proteksi terhadap gangguan dari sesama stasiun dinas tetap Wireless LAN-Akses Internet Outdoor yang beroperasi kemudian;

2. Apabila masalah gangguan interferensi tidak dapat diselesaikan, maka stasiun yang mengganggu dari pihak yang akan beroperasi kemudian tidak diizinkan untuk beroperasi.

KEEMPAT: Rasio proteksi sharing yang harus dipenuhi untuk batasan-batasan dalam diktum KEDUA diberikan dalam contoh perhitungan yang terdapat dalam Lampiran dari Surat Keputusan.

KELIMA: Setiap operator diwajibkan berkoordinasi dalam semangat kerja sama yang baik dalam mengatasi suatu gangguan maupun dalam perencanaan operasionalnya.

KEENAM: Jumlah stasiun radio dinas tetap Wireless LAN-Akses Internet Outdoor yang diizinkan untuk beroperasi pada pita frekuensi tersebut dibatasi berdasarkan hasil analisa terhadap keberadaan stasiun radio eksisting dan memperhatikan kemampuan teknis teknologi tersebut.

KETUJUH: Surat Keputusan ini berlaku pada tanggal dikeluarkan.

Ditetapkan di : Jakarta

Pada tanggal : 2000

---------------------------------------------

DIREKTUR JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI,

SASMITO DIRDJO

2.5 Teori Konfigurasi Jaringan wireless

Jaringan wireless dapat dikonfigurasikan dengan beberapa cara serta dengan range yang berlainan tergantung dari kebutuhan pengembangan jaringan yang akan kita buat.

2.5.1 Infrastruktur Jaringan Wireless

Infrastruktur jaringan terdiri dari client WLAN yang terkoneksi pada jaringan melalui access point dan beroperasi seperti pada jaringan LAN kabel biasa. Beberapa jaringan yang dibangun secara wireless dapat digabungkan dengan akses ke jaringan kabel biasa.

2.5.2 Hotspot

Hotspot dapat menyediakan layanan wireless LAN dengan jangkauan yang relatif dekat. Hotspot biasa dibangun di area umum yang digunakan untuk melakukan akses ke layanan access point.

2.5.3 Point to Point Bridge

Point to point melakukan interkoneksi antara dua gedung dalam jangkauan coverage tertentu . Acces point akan menyambungkan jaringan ke beberapa user , dan bridge bertindak sebgai penghubung jaringan.

2.5.4 Point to Multipoint Bridge

Point to Multipoint Bridge sebenarnya tidak jauh berbeda dengan point to point bridge, perbedaanya hanya pada jumlah koneksi yang dilakukan.

2.5.5 Topologi pada Jaringan Wireless

Jaringan wireless memiliki sedikit perbedaan pada tipe topologinaya. Topologi yang ada pada jaringan wireless terbagi menjadi beberapa bagian.

1. Independent Basic Service Set (IBSS)

Topologi ini biasa disebut juga dengan Ad Hoc dimana salah satu node akan ditunjuk sebagai proxy untuk melakukan kordinasi antarmode dalam sebuah grup.

Gambar 2.12 Komunikasi peer to peer Pada Jaringan Ad Hoc

Proxy ini bertindak sebagai acces point atau base station dalam sebuah jaringan yang kompleks.

2. Basic Service Set (BSS)

Topologi yang lebih kompleks adalah topologi infrastruktur , dimana paling sedikit ada satu akses point yang bertindak sebagai base station. Access point akan menyediakan fungsi sinkronisasi dan koordinasi, melakukan forwarding dan broadcasting paket data. Fungsi ini hampir sama dengan teknologi bridge pada jaringan wired ( dengan kabel).

Gambar 2.13 Topologi Basic Service Set (BSS)

3. Extended Service Set (ESS)

Pada topologi ini beberapa access point dapat digunakan untuk mengcover range area yang lebih luas, sehingga membentuk extended service set (ESS). Metode ini terdiri dari dua atau lebih basic service set yang terkoneksi pada satu jaringan kabel. Setiap access point diatur dengan chanel yang berlainan untuk menghindari terjadinya interferensi. Metode ini akan membentuk sel – sel seperti pada jaringan seluler. User dapat melakukan roaming ke sel yang laindengan cukup mudah tanpa kehilangan sinyal.

Gambar 2.14 Extended Service Set

2.6 WiFi (wireless fidelity)

WiFi sebenarnya merupakan merek dagang wireless LAN yang diperkenalkan dan distandarisasi oleh WiFi Alliance. Standar Wi-Fi didasrkan pada standar 802.11. Sertifikasi WiFi adalah proses untuk memastikan interoperabilitas antar peralatan wireless LAN 802.11, termasuk access point dan kartu – kartu jaringan radio wireless yang biasanya mempunyai beberapa form factor yang sangat beragam. Biasanya access point yang ada saat ini mempunyai daya sebesar 25 – 50 mW.

Berikut ini adalah beberapa standar access point dan kartu WLAN yang umum digunakan pada jaringan wireless.

1. 802.11a

Standar IEEE 802.11a dibuat pada tahun1999 yang beroperasi pada pita frekuensi 5 GHz dengan mempergunakan ortogonal frequency division multiplexing (OFDM) dengan data rate 54 Mbps perangkat ini dapat menjangkau hingga 50 meter. Keuntungan utama dari stndar 802.11a adalah kapasitasnya yang cukup tinggi, mencapai 12 chanel yang terpisah secara non-overlapping, yang menjadikan mendukung untuk kebutuhan performa tinggi seperti video streaming. Kekurangannya adalah terbatasnya cakupan range pancarnya karena menggunakan pita 5 GHz.

2. 802.11b

Standar 802.11b dibuat tidak lama setelah standar 802.11a. Standar ini bekerja pada pita 2,4 GHz dengan data rate 11 Mbps. Keunggulan standar 802.11b adalah mempunyai range yang relatif panjang hingga 100 m. Sedangkan kekurangna dari 802.11b adalah penggunaan chanel pada pita 2,4 GHz dibatasi hanya 3 buah chanel . Kekurangan lain dari 802.11b adalah terdapatnya kemungkinan interferensi RF dengan peralatan radio lain .

3. 802.11g

Standar 802.11g dibuat pada tahun 2003 standar ini kompatibel dengan 802.11b dan dapat meningkatkan performa hingga 54Mbps pada pita frekuensi 2,4 GHz dengan menggunakan OFDM. Keunggulan dari 802.11g adalah kompabilitas dengan perangkat sebelumnya yaitu 802.11b. Kekurangannya adalah peralatan 802.11b tidak memahami transmisi peralatan 802.11g. Hal ini dikarenakan perbedaan modulasi pada kedua tipe ini. Kekurangan lain adalah adanya interferensi RF secara potensial dan keterbatasan 3 chanel yang saling overlap pada standar 802.11g karena standar ini menggunakan frekuensi 2.4 Ghz yang sarat interferensi.

BAB III

OBJEK PENELITIAN

3.1 Perencanaan

Sebelum membangun infrastruktur WiFi perlu dibuat sebuah perencanaan yang baik. Untuk itu penulis membuat perencanaanya, dalam membuat infrastruktur WiFi di DEPDIKNAS Cibatu. Rencana yang dibuat adalah sebagai berikut.

  1. Survey area
  2. Membuat antena
  3. Pemasangan access point
  4. Instalasi WiFi
  5. Pengujian WiFi

3.2 Perancangan Infrastruktur Wifi

Perancangan infrastruktur WiFi meliputi beberapa hal, sehingga untuk memudahkan dalam membuatnya penulis uraikan sebagai berikut.

3.2.1 Prosedur Perancangan Infrastruktur Wifi

Agar dalam membangun infrastruktur WiFi ini berjalan dengan baik, perlu penulis deskripsikan perancangan yang akan dibuat menjadi sebuah infrastruktur WiFi. Sebelum membangun infrastruktur WiFi terlebih dahulu akan dilakukan survey area yaitu menganalisa daerah yang akan dijadikan area WiFi. Setelah menganalisa daerah kemudian akan disimpulkan perangkat apa saja yang akan digunakan dalam membangun WiFi tersebut. Setelah itu penulis akan mulai menyiapkan perangkat yang akan dibutuhkan, kemudian merakitnya menjadi sebuah perangkat WiFi. Setelah perangkat keras selesai dibuat, pada tahap selanjutnya adalah instalasi perangkat lunak, seperti seting access point, TCP/IP, remote server dan perangkat lunak lainya.

Pada tahap selanjutnya akan dilakukan pengetesan WiFi menggunakan peralatan yang telah disiapkan. Kemudian akan disimpulkan hasil dari pembangunan infrastruktur tersebut.

3.2.2 Analisis Perangkat Wifi

Dalam membangun infrastruktur WiFi diperlukan beberapa perangkat yang antara lain adalah sebagai berikut.

  1. Komputer

Komputer berfungsi sebagi server, pusat data, router dan lain - lain

  1. LAN card

Berfungsi sebagai penghubung antara jaringan wireles dengan wired.

  1. Antena

Digunakan sebagai penguat sinyal RF dan berfungsi juga sebagai pengrim atau penerima gelombang elektromagnetik.

  1. Access point

Digunakan sebagai pengatur lalulintas data atau berfungsi juga sebagai bridge.

3.2.3 Analisis Kebutuhan Perangkat Lunak

Pada pembangunan infrastruktur WiFi dibutuhkan beberapa perangkat lunak untuk merancang antena, menghitung gain RF, dan menjalankan perangkat WiFi itu sendiri. Berikut akan penulis jelaskan beberap perangkat lunak yang digunakan dalam membangun infrastruktur WiFi.

  1. Operating system

Operating system digunakan untuk menjalankan perangkat komputer, operating system yang digunakan oleh penulis pada saat membuat infrastruktur WiFi adalah windows XP service pack 2.

  1. NEC (Numerical Electromagnetic Configuration)

Software ini digunakan untuk merancang antena biquad yang digunakan pada access point, software ini dapat mensimulasikan antena dan perhitunganya sehingga akan memudahkan dalam membuat antena, beberapa rancangan antena telah terdapat di dalam software ini, termasuk rancangan antena biquad yang akan dibuat.

  1. Netstumbler

Software ini digunakan untuk menghitung gain yang dipancarkan dari access point, sehingga akan memudahkan untuk memperhitungkan jangkauan antenadan redaman yang terjadi.

  1. Firmware

Software ini digunakan pada access point, software ini didapat dari pabrikan access point. Untuk meningkatkan kualitas penulis mengupgrade firmware access point TP – LINK TL - WA501G.

3.3 Implementasi Infrastruktur Wifi

Setelah membuat perancangan, pada bagian ini akan penulis jelaskan tentang implementasi infrastruktur yang dibuat. Dibagian ini dijelaskan tentang cakupan area WiFi, pembuatan antena, pemasangan access point dan lain – lain.

3.3.1 Survey Area

Survey area perlu dilakukan untuk memperhitungkan peralatan apa yang akan digunakan dalam membangun WiFi. Dalam surver area kita akan menentukan area mana yang akan diradiasi oleh WiFi. Di wilayah kerja DEPDIKNAS Cibatu sekolah –sekolah berada di sebelah selatan dari kantor DEPDIKNAS. Untuk lebih jelas bisa dilihat dengan pemetaan satelit dengan google earth.


Gambar 3.1 Area WiFi

Keterangan :

  1. Kantor DEPDIKNAS Cibatu
  2. SDN Cibatu 1
  3. MA Al – Hikmah
  4. MTs Al – Hikmah
  5. SMPN 1 Cibatu
  6. SDN Cibatu 2 dan 3
  7. SMPN PGRI Cibatu
  8. SMAN 1 Cibatu
  9. SMA PGRI Cibatu
  10. SMK Santana
  11. SMP Tunas Harapan

Jangkauan yang akan dipancarkan oleh WiFi sejauh ± 689 m , dari survey tersebut kita dapat memperhitungkan antena apa yang cocok untuk digunakan oleh WiFi. Pada kasus ini penulis akan menggunakan antena biquad dengan gain 10 – 11 dB dengan pola radiasi horizontal 1800. Penguatan sebesar ini sudah cukup untuk memenuhi area tersebut. Yaitu berdasarkan rumusan yang telah dijelaskan pada bab 2. Pada antena penerima bisa menggunakan antena parabola, yagi, kaleng, dengan penguatan antara 15 – 24 dB.

3.3.2 Instalasi dan Konfigurasi Perangkat Wifi

Sebelum membuat atau menginstalasi perangkat WiFi, perlu dibuat sebuah gambaran konfigurasi dari perangkat WiFi tersebut. Berikut ini adalah gambaran tentang konfigurasi infrastruktur WiFi yang dibuat di DEPDIKNAS Cibatu.

Gambar 3.2 Konfigurasi Perangkat WiFi

3.3.3 Instalasi Perangkat Wifi

1. Antena

Dalam membuat antena diperlukan rumusan antena, peralatan dan bahan – bahan. Berikut ini akan penulis uraikan peralatan dan bahan – bahan yang akan digunakan untuk membuat antena.

  1. Gergaji besi

Alat ini digunakan untuk memotong selongsong logam yang ada pada antena biquad.

  1. Gergaji PCB

Alat ini digunakan untuk memotong PCB yang akan digunakan sebagai reflektor antena.

  1. Gunting

Berfungsi untuk memotong kabel dan pada pembuatan antena ini berfungsi juga untuk melubangi PCB.

  1. Kikir

Berfungsi untuk menghaluskan PCB setelah dilakukan pemotongan dengan gergaji.

  1. Solder

Berfungsi untuk menyolder bagian wire atau segmen antena.

  1. Kater

Berfungsi untuk memotong bagian karet pelindung pada kabel.

  1. Multitester

Berfungsi untuk menghitung hambatan yang ada pada kabel dan berfungsi juga sebagai alat tes kabel.

  1. Penggaris

Berfungsi untuk mengukur bagian – bagian dari antena.

  1. Amplas

Berfungsi untuk mengamplas bagian permukaan PCB.

  1. Pencil

Berfungsi untuk menandai bagian – bagian dari antena.

  1. Desoldering

Berfungsi untuk menghisap timah jika terjadi kesalahan pada saat proses penyolderan.

  1. Timah kawat

Digunakan untuk menyolder antena.

  1. Soldering grease

Berfungsi untuk membersihkan solder.

  1. Glue Gun

Berfungsi untuk mengelem antena ke box antena.

Berikut adalah gambar beberapa peralatan yang digunakan

Gambar 3.3 Alat Pemotong, Penghalus, Penjepit, Pengukur

Gambar 3.4 Alat Penyolder, Desolder , Gluegun, Timah

Gambar 3.5 Multitester

Gambar 3.6 Alat Pemotong

Sedangkan bahan – bahan yang akan digunakan untuk membuat antena adalah sebagai berikut :

  1. PCB 2 layer

Digunakan sebagai reflektor antena, PCB yang digunakan adalah PCB 2 layer.

  1. Kawat tembaga

Digunakan sebagai wire atau fokus antena, kawat tembaga ini diambil dari dalam kabel besar.

  1. Selongsong logam

Selongsong digunakan untuk menyangga antara wire dengan reflektor. Selongsong ini terbuat dari bahan konduktor.

  1. Kabel coaxcial

Kabel coaxcial berfungsi sebagai penghubung antara antena dengan access point, kabel coax yang digunakan adalah kabel dengan kualitas baik sehingga redaman menjadi sangat kecil.

  1. Konektor sma

Berfungsi sebagai penghubung kabel ke access point.

  1. Kotak plastik

Berfungsi sebagai pelindung antena dan access point.

Setelah menyiapkan peralatan dan bahan, langkah selanjutnya adalah membuat antena, untuk membuat antena perlu dilakukan langkah – langkah sebagai berikut.

  1. Potong PCB sesuai dengan ukuran yang ada pada rumus antena biquad yaitu 123 ml X 110 ml, lalu amplas permukaan PCB dan lubangi bagian tengah seukuran dengan selongsong yang akan dipakai.

Gambar 3.7 Papan PCB Dua Layer

  1. Potong selongsong dengan panjang 5 cm.

Gambar 3.8 Selongsong Logam

  1. Potong kabel coaxcial sepanjang 30 cm, kemudian iris pelindung kabel pada bagian ujung yang akan dipasang pada wire seperti pada gambar berikut.

Gambar 3.9 Kabel Coaxcial Yang Telah Dibuka

  1. Ambil kawat dari dalam kabel besar kemudian potong sepanjang 325 ml dan bentuk menjadi sebuah wire, seperti pada gambar berikut.

Gambar 3.10 Proses Pembuatan Wire Dari Kawat Tembaga

Gambar 3.11 Wire Yang Sudah Jadi

  1. Pasangkan selongsong ke PCB dengan panjang 15 ml sampai 17 ml, lalu masukan kabel coaxcial kedalam selongsong dan lakukan penyolderan, seperti pada gambar berikut.

Gambar 3.12 Selongsong dan Kabel Yang Telah Disolder Ke PCB

  1. Pasangkan wire pada tengah kabel dan selongsong, kemudian lakukan penyolderan.

Gambar 3.13 Wire Yang Telah Disolder Ke Selongsong dan Kabel

  1. Pasangkan sma konektor ke kabel coaxcial, sebeum memasangkan konektor iris pelindung kabel terlebih dahulu dan iris pula bagian tengan pelindung kabel sesuai dengan ukuran.

Gambar 3.14 Kabel Coaxcial Yang Akan Dipasang Ke Sma Konektor

Gambar 3.15 Kabel Coaxcial Yang Telah Dipasang Ke Sma Konektor

2. Access Point

Setelah pembuatan antena selesai tahap selanjutnya adalah pemasangan access point, pada pemasangan access point, access point diletakan dalam satu tempat dengan antena agar redaman yang diakibatkan oleh kabel menjadi lebih sedikit. Berikut ini adalah langkah – langkah pemasangan access point.

  1. Siapkan box plastik yang telah dilubangi dibeberapa bagian sebagai lubang kabel coaxcial, kabel UTP, power DC, baud dan reset.

Gambar 3.16 Lubang Pada Box Plastik

Gambar 3.17 Lubang dan Busa Pada Box Plastik

  1. Pasangkan beberapa busa di beberapa bagian box untuk menahan, kemudian lem.

Gambar 3.18 Access point dan Antena Biquad Pada Box Plastik

  1. Pasangkan sma konektor ke access point, kemudian pasangkan konektor RJ-45 ke access point dan power DC. Kemudian tutup box dengan penutupnya. Kabel RJ – 45 dipasang dengan cara straight. Pada access point biasanya hanya membutuhkan 4 pin saja sehingga terdapat sisa 4 pin pada kabel UTP. Sisa kabel UTP dapat digunakan sebagai penghubung catu daya DC.

Gambar 3.18 Pemasangan Straight Pada Kabel UTP

  1. Pasang antena pada ketinggian yang telah diperhitungkan, atau 3 - 4 m diatas permukaan tanah atau genteng gedung.
  2. Langkah terakhir pasang konektor RJ – 45 ke LAN card dan pasang catu daya acces point.

3.4 Evaluasi

Dari hasil perancangan dan pembuatan perangkat WiFi, dapat penulis evaluasi sebagai berikut.

1. Untuk mengurangi redaman pada kabel, maka gunakan kabel coaxcial dengan kualitas terbaik, dan gunakan kabel coaxcial sependek mungkin, karena hal ini dapat mengurangi redaman.

2. Untuk mengefisiensi penggunaan kabel, sebaiknya kabel power DC digabungkan dengan kabel UTP, karena pada access point hanya menggunakan 4 kabel saja. Namun harus menggunakan kabel UTP dengan kualitas baik, karena jika tidak akan mengakibatkan interferensi pada saat pengiriman atau penerimaan data pada kabel.

BAB IV

IMPLEMENTASI

4.1 Perancangan Aplikasi Wifi

Sebelum perangkat keras WiFi dijalankan kita membutuhkan suatu aplikasi untuk menjalankanya. Dalam menjalankan perangkat WiFi ada beberapa aplikasi yang harus digunakan seperti , firmware, TCP/IP dan beberapa aplikasi lainya. Sebelum menginstalasi aplikasi akan dijelaskan rancangan aplikasi yang akan dipakai untuk menjalankan perangkat WiFi.

Aplikasi yang akan digunakan diantaranya firmware aplikasi ini merupakan software dari pabrikan access point, fungsi dari apliksi ini adalah sebagai system yang bekerja pada perangkat access point. Selain firmware TCP/IP juga merupakan salah satu aplikasi yang akan digunakan untuk menjalankan perangkat WiFi, TCP/IP merupakan protokol komunkasi data, TCP/IP ini berfungsi untuk menerjemahkan paket data yang dikirim dari perangkat lain agar bisa diterjemahkan oleh komputer.

4.2 Implementasi Aplikasi Wifi

Setelah perancangan aplikasi dibuat langkah selanjutnya adalah menerapkan aplikasi terhadap perangkat WiFi, untuk menerapkan aplikasi kedalam perangkat WiFi perlu tahapan – tahapan, untuk itu akan penullis jelaskan tahapan – tahapan dalam mengimplementasikan aplikasi kedalam perangkat WiFi.

4.2.1 Persiapan Aplikasi Wifi

Sebelum menginstalasi aplikasi diperlukan beberapa persiapan, berikut akan penulis jelaskan persiapan yang diperlukan untuk menginstalasi sebuah WiFi. Pengaturan WiFi terdiri dari pengaturan access point dan pengaturan TCP/IP. Sebelum melakukan pengaturan pada acces point harus dilakukan langkah – langkah sebagai berikut.

    1. Hubungkan Konektor RJ – 45 pada access point dengan LAN card.
    2. Kemudian set TCP/IP pada LAN card dengan 192.168.1.2 - 254 dan subnet mask 255.255.255.0.

Gambar 4.1 Pengaturan TCP/IP

Gambar 4.2 Pengaturan Propertis TCP/IP

    1. Kemudian lakukan tes ping ke access point (ping 192.168.1.1).
    2. Jika ada jawaban dari access point, berarti access point sudah dapat digunakan.

Gambar 4.3 Tes Ping ke Access Point

4.2.2 Instalasi Aplikasi Wifi

Instalasi aplikasi WiFi adalah sebuah proses untuk mealakukan pengaturan pada perangkat WiFi. Berikut akan penulis jelaskan tentang cara instalasi perangkat WiFi. Setelah persiapan koneksi yang telah dijelaskan pada poin sebelumnya selesai dilakukan, langkah selanjutnya adalah sebagai berikut.

  1. Buka web browser yang telah disediakan oleh windows, seperti internet explorer atau mozilla.
  2. Kemudian pada address box ketikan alamat default access point http://192.168.1.1 lihat pada gambar berikut ini.

.

Gambar 4.4 Alamat IP Untuk Access Point

  1. Setelah alamat diketikan, maka tekan enter, kemudian akan muncul kotak dialog untuk login ke access point. Isi user dengan nama admin dan pasword dengan admin.

Gambar 4.5 Prosedur Login Ke Access Point

Selanajutnya browser akan menampilkan pengaturan konfigurasi access point.

4.2.3 Konfigurasi Aplikasi Wifi

Konfigurasi aplikasi perlu kita lakukan agar perangkat WiFi yang telah diinstalasi dapat bekerja sesuai dengan yang kita harapkan. Dalam mengkonfigurasi aplikasi WiFi penulis membagi kedalam dua bagian, yaitu konfigurasi access point dan konfigurasi komputer yang akan digunakan. Untuk dapat mengkonfigurasikan WiFi lihat langkah – langkah berikut.

Gambar 4.6 Status Pada Access Point

Gambar di atas adalah gambar status access point yang akan dipakai di DEPDIKNAS untuk dapat melakukan pengaturan seperti di atas pilih menu wireless, kemudian pilih menu basic setting pada browser.

Gambar 4.7 Basic Setting Pada Access Point

Kemudian berinama SSID dengan nama DEPDIKNAS agar WiFi yang kita atur dapat di kenal dengan nama DEPDIKNAS. Pada pengaturan chanel bisa dipilih chanel berapapun karena diarea acces point tidak terdapat access point yang lain, sehingga tidak akan terjadi interferensi terhadap access point yang kita gunakan. Kemudian pilih region dengan Indonesia dan pilih mode dengan mode access point. Setelah pengaturan selesai berikan ceklis pada menu reboot dan pilih save. Koneksi akan terputus sejenak karena access point sedang menyesuaikan konfigurasi yang telah diberikan.

Gambar 4.8 Prosedur Untuk Melakukan Reboot Pada access point

Langkah berikutnya adalah pengaturan nerwork, pada pengaturan network penulis tidak mengatur apapun, pengaturan disesuaikan dengan default yang ada.

Gambar 4.9 Pengaturan Network Pada Access Point

Pada pengaturan DHCP (dynamic Host Configuration Protocol) diset pada mode enable agar pengaturan IP address pada client bisa secara otomatis. IP address pada client diatur pada start 192.168.1.2 dan berakhir pada 192.168.1.254.

Gambar 4.10 Pengaturan DHCP Pada Access Point

Pada pengaturan keamanan WEP diseting enable dengan 128 bit.

Gambar 4.11 Pengaturan Keamanan Pada Access Point

4.3 Implementasi Aplikasi Terhadap Perangkat Wifi

Perangkat WiFi yang telah dibangun dapat dipergunakan untuk keperluan seperti sharing data, video confrence, remote server, print sharing, internet sharing dan sebagainya. Namun sebelum perangkat WiFi digunakan perlu kita uji kehandalan dari perangkat WiFi yang telah dibangun. Untuk itu penulis akan menjelaskan tentang cara uji coba WiFi yang ada di DEPDIKNAS.

4.3.1 Uji Coba Infrastruktur Wifi

Pada saat uji coba penulis mengujicoba perangkat WiFi ini di tempat lain namun tidak jauh dari kantor DEPDIKNAS. Uji coba ini dilakukan untuk mensimulasikan jangkauan yang mampu ditempuh oleh perangkat WiFi. Uji coba ini dilakukan di tempat yang lapang dimana hambatan lebih sedikit, sehingga kita dapat mengetahui apakah jarak yang ditempuh sudah sesuai dengan yang kita harapkan. Berikut akan penulis jelaskan tentang cara menguji coba perangkat WiFi serta hasil uji coba yang telah dilakukan.

4.3.2 Data Hasil Uji Coba

Nama uji coba : - Tes antenna biquad.

Waktu : - Tanggal 19/05/2008,

- Jam 12.25.58 sampai 12.32.00.

Tempat : - Area sawah Ponpes Keresek Cibatu – Garut,

- Posisi : 830174,74 mE – 9214562,32 mS,

- Ketinggian tanah 609 meter dari permukaan laut.

Peralatan yang digunakan :

- Access poin TP-LINK TL-WA501G firmware upgrade,

- Laptop Acer 4720Z dengan WLAN chipset Atheros AR5006X NDIS 5.1,

- Antena biquad,

- Kabel antena 1 meter dengan pigtail sma konektor,

- Software NetStumbler.

Tabel 4.1 Data Hasil Uji Coba Antena Biquad

JARAK

WAKTU

MAC

SSID

CHANEL

SPEED

TYPE

SIGNAL+

NOISE-

SNR

±300 m

12.27.00 – 12.31.00

001D0FE2EA93

PONPES_

KERESEK

1

54 Mbps

AP

-68

-100

32

±200 m

12.31.00-12.32.00

001D0FE2EA93

PONPES_

KERESEK

1

54 Mbps

AP

-63

-100

37

CATATAN:

- Pada saat uji coba terdapat beberapa hambatan, seperti tembok dan pohon, sehingga pada saat tes terjadi ketidak stabilan.

- SNR yang didapat adalah gain yang diterima oleh client dengan satuan dBm.

- Struktur tanah sedikit bergelombang sehingga terjadi sedikit hambatan ketika uji coba dilakukan.

Gambar 4.12 Grafik Gelombang RF Menggunakan Network Stumbler

Gambar 4.13 Peta Wilayah Uji Coba WiFi

Dari data hasil uji coba di atas menunjukan jarak terjauh yang ditempuh adalah ± 300 m, dari jarak tersebut signal yang didapat dalam istilah lain adalah “good”, menunjukan komunikasi layak dilakukan.

4.3.3 Prosedur Uji Coba Jangkauan Perangkat Wifi

Untuk melakukan uji coba jangkauan perangkat WiFi kita memerlukan peralatan dan software. Dalam uji coba ini penulis melakukan uji coba dengan menggunakan laptop dengan kemampuan sensitifitas RF cukup baik. Namun dibandingkan dengan WLAN card yang nantinya akan dipergunakan untuk jaringan WiFi, perangkat ini akan mampu bekerja lebih baik dari pada yang ada pada laptop, apalagi jika ditambahkan antena external. Untuk itu penulis tidak melakukan uji coba dengan jangkauan yang akan digunakan oleh DEPDIKNAS Cibatu.

Untuk mendapatkan software untuk uji coba wifi kita dapat mendownload software di internet atau kita dapat mencari di google dengan kata kunci network stumbler. Software ini dapat kita download secara gratis. Setelah kita mendapatkan software network stumbler langkah selanjutnya adalah melakukan instalasi. Berikut akan penulis jelaskan tentang proses instalasi network stumbler.

Gambar 4.14 Form License Agreement network stumbler

Pada form ini menunjukan persetujuan lisensi penggunaan oleh user, jika anda setuju pilih I Agree.

Gambar 4.15 Form Proses Instalasi network stumbler

Pada gambar di atas menunjukan proses instalasi software network stumbler. Jika instalasi telah selesai pilih tombol close yang telah tersedia. Langkah selanjutnya adalah menjalankan network stumbler yang telah kita instalasi. Untuk menjalankan network stumbler, pastikan wifi yang terdapat pada laptop diaktifkan terlebih dahulu. Kemudian jalankan network stumbler. Berikut akan penulis jelaskan fasilitas yang ada pada network stumbler.

Gambar 4.16 Tampilan Utama network stumbler

Pada gambar diatas diperlihatkan tampilan utama network stumbler. Pada tabel terdapat fitur MAC,SSID dan sebagainya yang menunjukan deteksi access point . untuk menampilkan grafik pilih menu SSIDs pada sebelah kiri tabel. Pada menu filter akan menunjukan nama SSID, signal, speed dan sebagainya.

4.4 Evaluasi

Dari hasil pembangunan infrastruktur yang telah dibuat, perlu penulis evaluasi hasil dari pembangunan infrastruktur perangkat WiFi tersebut antara lain.

  1. Untuk memudahkan pengaturan IP address kita dapat mengaktifkan fungsi DHCP pada access point sehingga pengaturan IP address akan secara otomatis dilakukan oleh access point, sehingga akan lebih mudah dibandingkan mengunakan IP static.
  2. Dari uji coba yang telah dilakukan, hasil uji coba hanya pada 300 m saja, namun jika menggunakan WLAN card dan antena external jangkauan yang ditempuh akan lebih jauh dari 300 m, karena penguatan gelombang RF pada perangkat ini lebih tinggi dibandingkan menggunakan perangkat laptop.

4 komentar:

farid mengatakan...

haiii

farid mengatakan...

silakan tinggalkan komentar anda disini.

ernim mengatakan...

Salam.
saya sangat tertarik dengan postingan ini. Kebetulan saya sedang mencari data sebanyak-banyaknya tentang antena wifi, khususnya jenis biquad. dari postingan anda ada beberapa gambar yg tidak tertampil.
kalau boleh saya minta postingan lengkapnya,terkait gambar2 atau data2 lain yg tidak tertampil itu.
oya, saya erni
email saya : ernim2009@gmail.com
terima kasih sebelumnya.

yulianto mengatakan...

alhamdulilah....
saya sedang kerjakan tugas akhir sulit untuk mencari bahan2 tentang penggunaan Internet bersama atau sharing internet,... tp didalam postingan ini kok banyak gambar yang tidak tampil...
tolong ya di tampilkan gambarnya biar dapat di pelajari... terimakasih..

dikirim di email saya :
email : yuliato.net@gmail.com
terima kasih....